Treeett…
“Nad, kamu jadi kerumahku nggak hari ini??”
Begitulah bunyi sms yang baru saja dibaca oleh nadya. Ya, sms tersebut dari vina. Sahabat Nadya yang kini sudah sulit ditemui gara-gara mereka sudah berbedah sekolah. Dulu mereka memang satu sekolah. Tapi saat luus mereka berpisah karena Nadya masuk di sekolah SMP Harapan Bangsa. Sedangkan Vina masuk disekolah SMP Bina Mulia.
Tat.. tit.. tut.. Nadya mulai mengetik sms balasan untuk Vina.
“kayaknya nggak jadi deh vin?? Coz, aku nggak dibolehin mamaku keluar”
Tak berapa lama kemudian HP Nadya bergetar. “1 Massege Received”. Laporan sms Nadya baru masuk pertanda sms yang dikirkannya kepada Vina telah berhasil terkirim.
Treeett… sepertinya sms balasan dari Vina. Tapi Nadya tak tertarik untuk membacanya. Ia lebih tertarik untuk meneruskan lamunannya tentang perkataan Dina di sekolah tadi.
“kamu tuh kaya orang nggak waras tau Nad. Tiba-tiba marah-marah nggak jelas. Tapi habis itu ketawa-ketawa.” Ucap dina yang tengah kesal karena Nadya telah menampar Edo.
“Tapi kan Edo yang cari gara-gara sama aku. Siapa suruh dia ngambil-ngambil Laporanku seenaknya sendiri?? Kalo rusak gimana?? Aku udah susah-susah tau ngerjainnya.” Omel Nadya sambil berlalu meninggalkan keduanya.
“Dasar cewek gilaaa… “ teriak Dina yang masih terdiam sambil menahan kekeasalannya terhadap Nadya.
****
Bruuukk… saking terhanyutnya Nadya dalam lamunannya ia sampai tak sadar telah menjatuhkan tas sekolahnya yang seketika itu membuyarkan lamunan Nadya. Dari dalam tas tersebut keluarlah sebuah Notebook bersampul transparan. Di sampul buku itu tertulis sebuah judul yang ditulis oleh tangan. “STORY OF SADNESS”.
Ya, itu adalah buku catatan Nadya tentang semua kesedihannya. Semua.. semua peristiwa sedih yang dialaminya. Nadya mencoba membuka beberapa halaman dari buku tersebut. Nadya sangat ingat siapa orang yang memberikan buku tersebut kepadanya.
Johan, dia memberikan buku tersebut kepada Nadya saat ia akan pergi untuk selamanya. Pergi untuk menunggu Nadya ditempat yang penuh dengan kedamaian. Hingga suatu saat nanti Nadya akan pergi kesan untuk menyusul Johan.
“Nad, kamu pegang buku ini ya!! Jaga buku ini baik-baik!! Jangan sampai rusak atau hilang. Anggep buku ini sebagai penggantiku selama aku nggak ada buat kamu. Tulis semua kesedihan kamu yang mungkij setelah ini tak bisa kamu tumpahin lagi ke aku. Karena mungkin setelah ini aku sudah nggak bisa nemenin kamu lagi”
“emangnya kamu mau kemana?? Kamu nggak akan ninggalin aku kan?? Kamu harus bertahan buat aku han,” ucap Nadya terbata-bata sambil mengusap kening Johan.
Tapi Johan tidak berkata apapun. Dan… tiiiittt… pertanda detak jantung Johan tak lagi terdeteksi oleh computer.
Peristiwa itu adalah peristiwa kesedihan yang menghiasi lembar pertama buku tersebut. Masih banyak lembaran buku tersebut yang belum dibaca oleh Nadya. Buku itu sangat tebal. Menandakan betapa tebal kesedihan yang menumpuk dibenak Nadya sepeninggal Johan.
Air mata Nadya pun tergenang dan jatuh membasahi pipinya yang merona. Mungkin saat ini ia perlu menuliskan kesedihannya dalam buku tersebut. Ia pun mulai membuka lembar kosong dalam buku tersebut dan mulai menuliskan isi hatinya yang tidak jadi diceritakannya kepada Vina karena mamanya melarangnya untuk keluar rumah.
“Dear my sadnessbook,
Aku sedih banget hari ini. Aku nggak nyangkah dia tega banget bilang kaya gitu ke aku. [adahal aku udah anggep dia sebagai sahabatku. Aku tau mungkin aku emang nggak kayak dia. Cantik, kaya, dan diidolain semua orang. Tapi kenapa semua itu nggak sejalan sama hatinya yang busuk. Aku nggak nyangkah ternyata dia jahat banget. “
Hmm.. rasa lega sedikit terasa dalam benak Nadya. Ia merasa sedikit tenang setelah menumpahkan unek-uneknya. Meskipun masih ada satu hal yang kurang. Satu hal yang yang tak bisa ia dapatkan hanya dengan menuliskan ceritanya. Hal yang hanya bisa ia dapatkan dengan menceritakan masalahnya kepada sahabatnya. Nasehat.. hanya Vina yang bisa memberikannya Nasehat yang bisa menenangkan hatinya.
Lalu secepat kilat Nadya meraih kunci motornya dan berlari kehalaman depan lalu mengendarai motornya menuju rumah Vina.
Tapi, apa yang terjadi?? Berkibar bendera kuning di depan rumah Vina. Dan ternyata Vina telah tiada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar