Rabu, 30 Januari 2013

Pertolongan Allah SWT Datang Lebih Cepat

Bacalah dan renungkan!! Sungguh maha besar Allah SWT dengan segala kuasanya.
                Siang hari ini saya dan seorang sahabat baik saya, Nanda pulang kerumah lebih sore daripada biasanya. Jam di Handphone saya telah menunjukkan pukul 14. 44
saat saya dan sahabatnya akhirnya memutuskan menumpang sebuah angkutan umum antar kota setelah sekian lama kami menunggu kedatangan angkot bercat coklat jurusan Tulangan – Tanggulangin – Pasar Larangan yang biasanya kami tumpangi. Sebenarnya bagi kami pulang sekolah memang akan lebih nyaman jika menumpang angkot coklat daripada angkutan umum antar kota yang sopirnya sering ngebut dan ugal – ugalan demi berebut penumpang dengan sopir – sopir lain ini. Toh, waktu kami untuk menempuh perjalanan pulang kerumah jauh lebih panjang ketimbang waktu yang aku7 punya untuk menempuh perjalanan berangkat ke sekolah di pagi hari. Jadi untuk apa buru – buru? Lambat asal selamat, seperti nasehat yang selalu dikatakan oleh Eyang Uti saya.
                Sebenarnya selain hari yang sudah mulai menjelang sore, langit diatas kepala kita yang telah menghitam ditutupi oleh awan mendung pun turut memaksa kita untuk sesegera mungkin pulang kerumah. Akhirnya setelah kami memutuskan untuk menumpang angutan umum antar kota ini, seperti biasanya sang sopir langsung menginjak gas kuat – kuat dan melaju cepat diantara roda – roda diatas jalanan beraspal lembut ini. Tepatnya di Jalan Raya Surabaya – Malang. Kami mendapat tempat duduk didepan, disebelah sang kemudi. Mungkin sedikit lebih nyaman, atau mungkin tidak jika kita harus menyaksikan betapa kuda besi ini melesat dan memasuki celah – celah sempit diantara mobil – mobil besar engankut barang itu. Saya hanya bisa bergidig dan terus memohon perlindungan kepada Allah SWT.
                Tak lama berselang setelah aksi ugal – ugalan sang sopir tersebut dapat kita saksikan dengan begitu real kejutan yang sangat ingin saya ceritakan kepada anda semua pun datang. Saat itu angutan umum yang saya tumpangi tepat berada di depan PT. ECCO, Larangan. Saya heran mengapa jalanan begitu macet padahal jam pulang kerja bagi para pegawai PT. ECCO yang mendapat sift pagi telah lama berlalu, sekitar pukul 14. 00 lalu. Lalu, saya terkejut melihat asap hitam pekat yang membelenggu langit didepan mata saya. Asap itu dari arah sekitar Pabrik Gula Candi Baru. Saya yakin itu bukanlah asap dari polusi udara yang ditimbulkan dari hasil produksi pabrik tersebut, melainkan kebakaran. Ya.. kebakaran yang terjadi dipinggir jalan dikawasan sekitar PG Candi Baru itulah pasti penyebab kemacetan ini. Naundzubillah.. saya sesegera mungkin menghilangkan pemikiran negatif saya itu. Saya tak ingin menjadi saksi sebuah teguran Allah SWT yang menyedihkan bagi umatnya. Akan tetapi perasaan hati saya yang bahkan belum sempat saya ungkapkan itupun diamini oleh sang sopir disamping saya sesaat setelah saya mencoba membunuh pemikiran buruk saya tersebut. Angkutan umum yang saya tumpangi perlahan mulai menggulirkan rodanya perlahan diantara kemacetan dan kengerian hati saya yang semakin bergidig membayangkan apa yang sebenarnya terjadi di depan saya. Apakah benar sebuah kebakaran?
                Tiba – tiba awan dilangit yang sedari tadi telah menghitam pun tak lagi terbendung untuk jatuh ke bumi sebagai tetes – tetes air hujan yang menyegarkan. Hati saya pun seketika menjadi ngeri saat saya dapati sebuah bangkai mobil yang masih diselimuti api yang tampak samar dikejauhan dalam pandangan saya. Saya berharap korban dari kecelakaan nahas itu bukanlah keluarga ataupun saudara seiman saya. Tiba – tiba butir – butir air hujan pun turun dengan derasnya dan semakin lama semakin lebat. Sahabat saya yang sedari tadi terpaku bersama saya menyaksikan tragedi yang tengah terjadi didepan mata kami pun bergegas menutup kaca angkutan umum yang kami tumpangi tersebut. Dalam hati sebenarnya saya juga sangat kagum terhadap kebesaran dan kuasa Allah SWT yang telah menurunkan hujan yang deras ini, mungkin untuk memadamkan bangkai mobil yang terbakar itu.
                Kengerian dalam hati saya itupun makin menjadi ketika angkutan umum yang saya tumpangi tepat berada tak jauh dari bangkai angkot bercat coklat yang tengah dijilati oleh api yang membara. Benar saja dugaan saya tadi, dipinggir jalan tepatnya diatas sungai Bligo yang terletak tepat disebelah PG Candi Baru itu memang sedang terjadi kebakaran hebat sebuah angkot bercat coklat yang telah terlihat kosong. Entah bagaimana nasib sang kemudi dan para oenumpoangnya yang tak lagi terlihat disana? Tiba – tiba hati saya menangis ketika saya teringat akan beberapa tetangga saya yang berprofesi sebagai sopir angkot bercat coklat. Semoga angkot nahas didepan saya ini bukanlah milik mereka yang biasa saya tumpangi. Pada saat itulah saya menjadi malu, dan sangaaat malu ketika saya menyadari teguran yang tengah diberikan oleh Allah SWT slah satunya bagi saya. Saya sering melalaikan sholat berjamaah di Masjid sekolah sebelum pulang kerumah dengan dalih capek dan ingin segera pulang kerumah untuk menunaikan sholat dhuhur dirumah saja. Lalu apa saya sudah siap menghadap Allah SWT dalam keadaan belum menunaikan sholat jika saja sayalah yang tengah berada didalam angkot bercat coklat nahas tersebut? Astaghfirullah.. ampunilah segala dosa dan kesalahan hambamu yang hina ini Ya Allah..
                Beberapa meter setelah melewati tempat terjadinya tragedi nahas tersebut, saya masih tertegun demi menyadari apa yang telah Allah SWT katakan kepada saya melalui teguran barusan. Apalagi setelah saya sadari bahwa hujan tersebut tak juga ikut serta mengguyur wilayah dilain tempat dimana angkot coklat tersebut terbakar. Saya bahkan mendapati jalanan setelah melewati PG Candi Baru yang kini saya lewati kering tak tampak sedikitpun seperti sehabis terguyur air hujan. Kekaguman saya kepada kebesaran Allah SWT kembali menjadi ketika angkutan yang saya tumpangi berada di depan PT. Rajawali, Candi. Saya melihat diseberang jalan ada sebuah mobil pemadam kebakaran dari arah berlawanan dengan arah perjalanan saya menuju rumah tengah melesat cepat diantara kendaraan – kendaraan yng tengah melaju santai. Saya kembali tertegun lalu bergumam lirih kepada sahabat saya, subhanallah.. tindakan yang dapat diperbuat tangan manusia tak lebih cepat dari apa yang dapat diperbuat oleh tangan Allah SWT jika ia telah menghendakinya. Allah SWT mentakdirkan angkot tersebut terbakar sedangkan ia juga dengan segera menurunkan hujan untuk meredakan api yang terus menggerus badan angkot tersebut sebagai sebuah pertolontgan. Bahkan lebih cepat daripada pertolongan sesama manusia.
                Saya masih asyik dengan kekaguman yang masih bergemuru didalam hati saya kepada Allah SWT saat akhirnya saya telah sampai di depan pasar Tanggulangin. Saya pun turun dari angkutan umum itu dan berpisah dengan sahabat saya karena arah rumah kami berbeda. Saya menyeberang jalan raya dan melanjutkan perjalanan pulang saya dengan mengendarai sepeda onthel butut pemberian Eyang Kakung dan Eyang Uti saya. Ya.. karena tak seperti biasanya, hari ini saya harus mengayuh sepeda sendiri dari rumah karena saya tak tega untuk minta antar ibu saya yang mungkin sedang lelah karena harus bergantian dengan saudara – saudaranya menunggui Mbah Kakung saya yang tengah terbaring sakit di Rumah Sakit. Disepanjang perjalanan saya termenung menyesali perbuatan – perbuatan saya selama ini yang seakan tidak menghiraukan perihal maut yang kapan saja dapat menjemput kita. Saya tak habis fikir bagaimana yang akan terjadi jikalau saja sayalah salah satu dari penumoang angkot coklat bahas tersebut. Sudah siapkah saya meninggalkan dunia ini? Baiklah saudaraku sekalian! Saya hanya ingin memperingatkan bahwasannya nyawa yang menyertai raga kita ini bukanlah milik kita yang layak untuk kita perbuat semau hati kita. Nyawa ini hanyalah titipan Allah SWT. Dan sebagaimana mestinya barang yang dititipkan akan dapat kapanpun diambil oleh sang pemilik. Begitupun nyawa kita yang merupakan milik Allah SWT. Jika sudah begini Masih sanggupkah kita melalaikan Allah SWT ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar