Bacalah
dan renungkan!! Sungguh maha besar Allah SWT dengan segala kuasanya.
Siang
hari ini saya dan seorang sahabat baik saya, Nanda pulang kerumah lebih sore
daripada biasanya. Jam di Handphone saya telah menunjukkan pukul 14. 44
saat saya dan sahabatnya akhirnya memutuskan menumpang sebuah angkutan umum antar kota setelah sekian lama kami menunggu kedatangan angkot bercat coklat jurusan Tulangan – Tanggulangin – Pasar Larangan yang biasanya kami tumpangi. Sebenarnya bagi kami pulang sekolah memang akan lebih nyaman jika menumpang angkot coklat daripada angkutan umum antar kota yang sopirnya sering ngebut dan ugal – ugalan demi berebut penumpang dengan sopir – sopir lain ini. Toh, waktu kami untuk menempuh perjalanan pulang kerumah jauh lebih panjang ketimbang waktu yang aku7 punya untuk menempuh perjalanan berangkat ke sekolah di pagi hari. Jadi untuk apa buru – buru? Lambat asal selamat, seperti nasehat yang selalu dikatakan oleh Eyang Uti saya.
saat saya dan sahabatnya akhirnya memutuskan menumpang sebuah angkutan umum antar kota setelah sekian lama kami menunggu kedatangan angkot bercat coklat jurusan Tulangan – Tanggulangin – Pasar Larangan yang biasanya kami tumpangi. Sebenarnya bagi kami pulang sekolah memang akan lebih nyaman jika menumpang angkot coklat daripada angkutan umum antar kota yang sopirnya sering ngebut dan ugal – ugalan demi berebut penumpang dengan sopir – sopir lain ini. Toh, waktu kami untuk menempuh perjalanan pulang kerumah jauh lebih panjang ketimbang waktu yang aku7 punya untuk menempuh perjalanan berangkat ke sekolah di pagi hari. Jadi untuk apa buru – buru? Lambat asal selamat, seperti nasehat yang selalu dikatakan oleh Eyang Uti saya.
Sebenarnya
selain hari yang sudah mulai menjelang sore, langit diatas kepala kita yang
telah menghitam ditutupi oleh awan mendung pun turut memaksa kita untuk
sesegera mungkin pulang kerumah. Akhirnya setelah kami memutuskan untuk
menumpang angutan umum antar kota ini, seperti biasanya sang sopir langsung
menginjak gas kuat – kuat dan melaju cepat diantara roda – roda diatas jalanan
beraspal lembut ini. Tepatnya di Jalan Raya Surabaya – Malang. Kami mendapat
tempat duduk didepan, disebelah sang kemudi. Mungkin sedikit lebih nyaman, atau
mungkin tidak jika kita harus menyaksikan betapa kuda besi ini melesat dan
memasuki celah – celah sempit diantara mobil – mobil besar engankut barang itu.
Saya hanya bisa bergidig dan terus memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Tak
lama berselang setelah aksi ugal – ugalan sang sopir tersebut dapat kita
saksikan dengan begitu real kejutan
yang sangat ingin saya ceritakan kepada anda semua pun datang. Saat itu angutan
umum yang saya tumpangi tepat berada di depan PT. ECCO, Larangan. Saya heran
mengapa jalanan begitu macet padahal jam pulang kerja bagi para pegawai PT.
ECCO yang mendapat sift pagi telah
lama berlalu, sekitar pukul 14. 00 lalu. Lalu, saya terkejut melihat asap hitam
pekat yang membelenggu langit didepan mata saya. Asap itu dari arah sekitar
Pabrik Gula Candi Baru. Saya yakin itu bukanlah asap dari polusi udara yang
ditimbulkan dari hasil produksi pabrik tersebut, melainkan kebakaran. Ya..
kebakaran yang terjadi dipinggir jalan dikawasan sekitar PG Candi Baru itulah
pasti penyebab kemacetan ini. Naundzubillah.. saya sesegera mungkin
menghilangkan pemikiran negatif saya itu. Saya tak ingin menjadi saksi sebuah
teguran Allah SWT yang menyedihkan bagi umatnya. Akan tetapi perasaan hati saya
yang bahkan belum sempat saya ungkapkan itupun diamini oleh sang sopir
disamping saya sesaat setelah saya mencoba membunuh pemikiran buruk saya
tersebut. Angkutan umum yang saya tumpangi perlahan mulai menggulirkan rodanya
perlahan diantara kemacetan dan kengerian hati saya yang semakin bergidig
membayangkan apa yang sebenarnya terjadi di depan saya. Apakah benar sebuah
kebakaran?
Tiba
– tiba awan dilangit yang sedari tadi telah menghitam pun tak lagi terbendung
untuk jatuh ke bumi sebagai tetes – tetes air hujan yang menyegarkan. Hati saya
pun seketika menjadi ngeri saat saya dapati sebuah bangkai mobil yang masih
diselimuti api yang tampak samar dikejauhan dalam pandangan saya. Saya berharap
korban dari kecelakaan nahas itu bukanlah keluarga ataupun saudara seiman saya.
Tiba – tiba butir – butir air hujan pun turun dengan derasnya dan semakin lama
semakin lebat. Sahabat saya yang sedari tadi terpaku bersama saya menyaksikan
tragedi yang tengah terjadi didepan mata kami pun bergegas menutup kaca
angkutan umum yang kami tumpangi tersebut. Dalam hati sebenarnya saya juga
sangat kagum terhadap kebesaran dan kuasa Allah SWT yang telah menurunkan hujan
yang deras ini, mungkin untuk memadamkan bangkai mobil yang terbakar itu.
Kengerian
dalam hati saya itupun makin menjadi ketika angkutan umum yang saya tumpangi
tepat berada tak jauh dari bangkai angkot bercat coklat yang tengah dijilati
oleh api yang membara. Benar saja dugaan saya tadi, dipinggir jalan tepatnya
diatas sungai Bligo yang terletak tepat disebelah PG Candi Baru itu memang
sedang terjadi kebakaran hebat sebuah angkot bercat coklat yang telah terlihat
kosong. Entah bagaimana nasib sang kemudi dan para oenumpoangnya yang tak lagi
terlihat disana? Tiba – tiba hati saya menangis ketika saya teringat akan
beberapa tetangga saya yang berprofesi sebagai sopir angkot bercat coklat. Semoga
angkot nahas didepan saya ini bukanlah milik mereka yang biasa saya tumpangi. Pada
saat itulah saya menjadi malu, dan sangaaat malu ketika saya menyadari teguran
yang tengah diberikan oleh Allah SWT slah satunya bagi saya. Saya sering
melalaikan sholat berjamaah di Masjid sekolah sebelum pulang kerumah dengan
dalih capek dan ingin segera pulang kerumah untuk menunaikan sholat dhuhur
dirumah saja. Lalu apa saya sudah siap menghadap Allah SWT dalam keadaan belum
menunaikan sholat jika saja sayalah yang tengah berada didalam angkot bercat
coklat nahas tersebut? Astaghfirullah.. ampunilah segala dosa dan kesalahan
hambamu yang hina ini Ya Allah..
Beberapa
meter setelah melewati tempat terjadinya tragedi nahas tersebut, saya masih
tertegun demi menyadari apa yang telah Allah SWT katakan kepada saya melalui
teguran barusan. Apalagi setelah saya sadari bahwa hujan tersebut tak juga ikut
serta mengguyur wilayah dilain tempat dimana angkot coklat tersebut terbakar. Saya
bahkan mendapati jalanan setelah melewati PG Candi Baru yang kini saya lewati
kering tak tampak sedikitpun seperti sehabis terguyur air hujan. Kekaguman saya
kepada kebesaran Allah SWT kembali menjadi ketika angkutan yang saya tumpangi
berada di depan PT. Rajawali, Candi. Saya melihat diseberang jalan ada sebuah
mobil pemadam kebakaran dari arah berlawanan dengan arah perjalanan saya menuju
rumah tengah melesat cepat diantara kendaraan – kendaraan yng tengah melaju
santai. Saya kembali tertegun lalu bergumam lirih kepada sahabat saya,
subhanallah.. tindakan yang dapat diperbuat tangan manusia tak lebih cepat dari
apa yang dapat diperbuat oleh tangan Allah SWT jika ia telah menghendakinya. Allah
SWT mentakdirkan angkot tersebut terbakar sedangkan ia juga dengan segera
menurunkan hujan untuk meredakan api yang terus menggerus badan angkot tersebut
sebagai sebuah pertolontgan. Bahkan lebih cepat daripada pertolongan sesama
manusia.
Saya
masih asyik dengan kekaguman yang masih bergemuru didalam hati saya kepada
Allah SWT saat akhirnya saya telah sampai di depan pasar Tanggulangin. Saya pun
turun dari angkutan umum itu dan berpisah dengan sahabat saya karena arah rumah
kami berbeda. Saya menyeberang jalan raya dan melanjutkan perjalanan pulang
saya dengan mengendarai sepeda onthel butut pemberian Eyang Kakung dan Eyang
Uti saya. Ya.. karena tak seperti biasanya, hari ini saya harus mengayuh sepeda
sendiri dari rumah karena saya tak tega untuk minta antar ibu saya yang mungkin
sedang lelah karena harus bergantian dengan saudara – saudaranya menunggui Mbah
Kakung saya yang tengah terbaring sakit di Rumah Sakit. Disepanjang perjalanan
saya termenung menyesali perbuatan – perbuatan saya selama ini yang seakan
tidak menghiraukan perihal maut yang kapan saja dapat menjemput kita. Saya tak
habis fikir bagaimana yang akan terjadi jikalau saja sayalah salah satu dari
penumoang angkot coklat bahas tersebut. Sudah siapkah saya meninggalkan dunia
ini? Baiklah saudaraku sekalian! Saya hanya ingin memperingatkan bahwasannya
nyawa yang menyertai raga kita ini bukanlah milik kita yang layak untuk kita
perbuat semau hati kita. Nyawa ini hanyalah titipan Allah SWT. Dan sebagaimana
mestinya barang yang dititipkan akan dapat kapanpun diambil oleh sang pemilik. Begitupun
nyawa kita yang merupakan milik Allah SWT. Jika sudah begini Masih sanggupkah kita melalaikan Allah SWT
?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar