Kamis, 23 Januari 2014

Naskah Drama Singosari


Pemeran
1.       Antoni Krismansyah        : Mpu Gandring, Kertanegara, Para Pendeta
2.       Dimas Hafizh                      : Drakula, Ki Pengalasan, Para Pendeta, Peserta Rapat
3.       Dimas Onoxa                     : Ken Arok, Peserta Rapat
4.       Frida Hidayati                     : Britney Spears, Para Pendeta, Peserta Rapat
5.       M. Bardan Aryawan        : Kebo Ijo, Anusapati, Para Pendeta, Peserta Rapat
6.       M. Reynaldy Akbar          : Lohgawe, Pemimpin Pendeta, Peserta Rapat
7.       Nailah Azkiya’                    : Ken Dedes, Narator

SINGOSARI
                Pagi itu suara tangisan bayi terdengar nyaring berasal dari rumah Ken Endok dan Suaminya. Pagi ini Ken Endok baru saja melahirkan putra pertama mereka, seorang bayi merah berjenis kelamin laki – laki yang sangat tampan. Keduanya merasa sangat berbahagia, namun juga bersedih. Karena mereka tau, mereka takkan bisa membesarkan putra mereka.

                Hari menjelang siang saat suami Ken Endok mengendap – endap berjalan menuju tempat pemakaman desa yang terletak agak jauh dari rumah mereka. Sebenarnya ia ingin melakukannya saat hari mulai gelap, namun ia tak tega membiarkan istrinya lebih dalam lagi menyesali takdir ini. Ia harus membuang bayi kecil itu sekarang juga, secepatnya. Ia pun menaruh bayi merah itu dibawah pohon teduh didepan tempat pemakaman. Lalu ia meninggalkannya.
***
                Lembong sedang berjalan melewati tempat pemakaman saat tangis bayi kecil itu menuntunnya berjalan menuju sumber suara dan mendapati sesosok bayi mungil nan lucu tergeletak dibawah pohon. Entah kenapa sesuatu membuat Lembong berkeinginan untuk membawah bayi mungil itu pulang. Akhirnya, ia pun membawahnya pulang.
***
                Ken Arok tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah berani. Namun sayang, ia terbiasa dengan didikan kurang baik dari Lembong yang membuatnya menjadi pemuda yang seringkali melakukan tindakan tak terpuji seperti berjudi dan mabuk – mabukan. Suatu ketika Ken Arok sedang mabuk berat sehingga tanpa ia sadari malam itu ia tidur diteras sebuah rumah yang tak ia kenal pemiliknya. Setelah pagi tiba, seorang Pak Tua membangunkannya dengan lembut.
Lohgawe              : Hai anakku, mengapa kau tidur disini? Apakah yang terjadi kepadamu?
Ken Arok             : Kemarin malam aku minum, aku mabuk berat, lalu aku tak ingat lagi apa yang terjadi kepaku hingga pagi ini kau membangunkanku yang tengah tertidur disini Pak Tua.
Lohgawe              : Baiklah, masuklah anakku! Ini adalah rumahku. Aku Lohgawe, aku seorang brahmana.
Ken Arok             : Namamku Ken Arok.
...mereka pun berjalan memasuki rumah...
Lohgawe              : Duduklah Ken Arok! Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu.
Ken Arok             : Ya.
Lohgawe              : Kau pemuda yang sangat termasyhur. Semua orang pasti tau perihal kegagahan dan keberanianmu. Namun semua orang tahu pula perihal perilakumu yang kurang baik. Ken Arok, andai kata kau mau berubah, aku akan sangat bahagia, dan aku sudah pula menyediakan tempat untuk kamu mengabdikan diri pada jalan kebaikan.
Ken Arok             : Dimanakah engkau hendak menunjukkanku jalan kebaikan itu kisana?
Lohgawe              : Kau akan mengabdi kepada paduka Tunggul Ametung, pemimpin daerah Tumapel. Ia sedang mencari pengawal prabadi. Aku yakin, kau akan diterima sebagai pengawal pribadinya dengan mudah.
Ken Arok             : Bagaimana kau bisa yakin?
Lohgawe              : Sudahlah...
***
                Pagi itu Lohgawe mengajak Ken Arok ke Tumapel untuk mengenalkannya kepada Tunggul Ametung. Dan Kharisma Ken Arok pun mampu memikat hati Tunggul Ametung. Ken Arok langsung diterima sebagai pengawal pribadi Tunggul Ametung. Tak berapa lama, Ken Arok juga mampu membuat Tunggul Ametung dengan cepat mempercayainya, sehingga setelah itu Ken Arok pun menjadi orang kepercayaan Tunggul Ametung.
                Namun, sesungguhnya dibalik perilaku Ken Arok yang mengagumkan, ia menyimpan perasaan yang tak seharusnya ia punyai. Ken Arok mencintai Ken Dedes, istri tunggul Ametung. Selama ini Ken Arok menyimpan perasaannya dalam – dalam karena Ken Dedes adalah istri tuannya. Namun, ia tak bisa menahannya lebih lama lagi. Hingga pada suatu hari saat Ken Arok duduk termenung sendirian, pikiran jahat itupun muncul...
Ken Arok             : Aku ini tampan, gagah, mempesona pula... Seharusnya akulah yang duduk bersama Ken Dedes dan memimpin Tumapel ini. Bukan tuanku yang lemah itu. Bahkan untuk mengantar laporan pemerintahan ke Kota saja, ia tak mampu. Aku yang melakukannya, aku yang mampu. Seharusnya aku yang menjadi dia, dan dia... sebaiknya dia mati. Hmm... ya, itu dia. Sebaiknya dia mati saja. Hahahaha...
                Setelah itu Ken Arok pergi menemui Mpu Gandring, pembuat keris terkenal di pinggiran Tumapel...
Ken Arok             : Ki, aku hendak memesan keris sakti darimu. Buatkanlah aku sebuah keris paling sakti yang pernah kau buat.
Mpu Gandring   : Baiklah anak muda.
Ken Arok             : Kapan bisa kuambil Ki?
Mpu Gandring   : Tunggulah barang satu atau dua bulan.
Ken Arok             : Baiklah, aku akan kembali nanti. Sekarang aku pulang dulu Ki.
                Ken Arok meninggalkan rumah Mpu Gandring dengan senyum lebar. Ia tak sabar membayangkan betapa indah keris yang hendak digunakannya untuk membunuh Tunggul Ametung dan mendapatkan apa yang ia mau, Ken Dedes dan Tumapel.
***
                Sebulan kemudian, Ken Arok kembali menemui Mpu Gandring. Ia bermaksud menagih keris yang ia pesan.
Ken Arok             : Ki, apakah keris pesananku sudah jadi?
Mpu Gandring   : Sabarlah sebentar anak muda! Aku belum menyempurnakannya.
Ken Arok             : Tapi kau terlalu lama Ki, kemari, berikan padaku keris itu! Aku tak peduli walaupun belum sempurna. Aku sudah tidak sabar ingin membunuh Tunggul Ametung.
Mpu Gandring   : Hah? Apa? Jadi kau ingin menggunakan kerisku untuk sesuatu yang tidak baik? Keparat!!
Ken Arok             : Aaah... Banyak bicara kau lelaki tua! Matilah kau... Ken Arok Menusukkan kerisnya ke perut Mpu Gandring hingga ia meninggal.
Mpu Gandring   : Keris itu telah kukutuk anak muda. Ia akan membunuhmu dan 7 keturunanmu kelak. Camkan itu anak muda!! Camkan itu... Mpu Gandring merintih dalam keadaan sekarang. Lalu ia pun meninggal.
                Ken Arok segera meninggalkan tempat itu sebelum ada seorangpun tau. Ia segera kembali ke pusat daerah Tumapel. Dijalan ia bertemu dengan Kebo Ijo, sahabatnya.
Kebo Ijo               : Hai Ken Arok, apa yang sedang kau pegang itu? Bolehkah aku meminjamnya?
Ken Arok             : Tentu, ini keris baru milikku.
Kebo Ijo               : Kebawa dulu ya? Nanti ku kembalikan.
Ken Arok             : Baiklah.
                Lalu Kebo Ijo berlalu meninggalkan Ken Arok. Ia menuju sebuah warung makan tempat dimana banyak warga biasanya berkumpul. Ia mengambil posisi duduk sambil memamerkan keris yang baru ia pinjam dari Ken Arok.
Kebo Ijo               : Hai Drakula, lihatlah! Aku punya keris baru. Keris ini sangat sakti. Keren kaaaan???
Drakula                 : Benarkah itu Kebo Ijo?
Kebo Ijo               : Tentu saja. Mana mungkin orang seunyu aku berbohong?
Drakula                 : Bolehkah aku meminjamnya?
Kebo Ijo               : Tidak boleh!
Drakula                 : Pelit kau, kau pikir hanya kau saja yang punya keris baru? Aku juga punya.
Kebo Ijo               : Hah? Untuk apa seorang Drakula sepertimu memiliki keris?
Drakula                 : Bukan keris, tapi pacar baru. Hahahaha... Kemarilah sayang. Perkenalkan, inilah pacar baruku, Britney Spears.
Kebo Ijo               : Cantik sekali...
Drakula                 : Hehe...
***
                Sore itu Kebo Ijo menemui Ken Arok untuk untuk mengembalikan keris miliknya. Lalu pada malam harinya Ken Arok melancarkan aksi untuk membunuh Tunggul Ametung saat ia sedang tidur bersama istrinya, Ken Dedes, yang sedang hamil 3 bulan anaknya bersama Tunggul Ametung. Ken Dedes tahu bahwa Ken Arok yang membunuh Tunggul Ametung. Namun Ken Dedes diam saja.

***
                Setelah Tunggul Ametung meninggal Kebo Ijolah yang dituduh publik sebagai pembunuhnya. Karena Kebo Ijo pernah mengakui keris itu sebagai miliknya. Setelah semua proses peradilan terhadap Kebo Ijo selesai, Ken Arok naik tahta menduduki jabatan Tunggul Ametung sebagai pemimpin daerah Tumapel. Tentu dengan memperistri Ken Dedes pula.
***
                Pada suatu hari datanglah beberapa orang brahmana ke rumah Ken Arok. Para brahmana tersebut meminta Ken Arok selaku pemimpin Tumapel untuk bekerjasama meruntuhkan kekuasaan kerajaan Kediri yang sewaktu itu menguasai Tumapel dan daerah – daerah lainnya.
Brahmana           : Wahai Ya mulia Ken Arok yang bijaksana. Sudikah kiranya paduka membantu hamba dan kawan – kawan hamba untuk meruntuhkan kekuasaan Kediri? Kita sama – sama tahu bahwa Tumapel memiliki tentara yang sangat hebat. Marilah kita bersama – sama membebaskan diri. Kita dirikan kerajaan kita sendiri. Tidak bergantung pada mereka.
Ken Arok             : Boleh... Tapi apa kau yakin kita bisa mengalahkan pasukan kerajaan Kediri?
Pendeta               : Hamba yakin ya mulia. Hamba tahu, apa kelemahan mereka?
Ken Arok             : Apa? Katakan!!
Pendeta               : membisikkan sesuatu ke telinga Ken Arok
                Lalu mereka berdua pun menyepakati konspirasi untuk meruntuhkan kerajaan Kediri tersebut. Rencana penyerangan pun mulai di agendakan. Akhirnya, setelah dilakukan penyerangan pasukan kerajaan Kediri dapat dikalahkan. Tumapel pun berkembang menjadi sebuah kerajaan bernama Singosari dengan Ken Arok sebagai raja pertamanya.
***
                Hari berganti, Anusapati, anak Ken Dedes bersama Tunggul Ametung semakin beranjak dewasa. Ia menyimpan dendam kepada ayah tirinya, Ken Arok. Ken Dedes telah memberitahu Anusapati perihal sebab musabab kematian ayahnya. Akhirnya Anusapati pun berencana membunuh Ken Arok demk membalaskan dendamnya. Namun ia tak mau melakukannya sendiri. Ia tak mau mengotori tangannya karena ia berambisi menjadi raja Singosari sepeninggal Ken Arok. Ia pun menyuruh Ki Pengalasan untuk melakukan hal tersebut.
Anusapati            : Wahai Ki Pangalasan, bunuhlah Ken Arok!! Aku akan berikan semua yang kau minta.
Ki Pengalasan    : Benarkah itu wahai ya mulia Anusapati?
Anusapati            : Ya
Ki Pengalasan    : Namun mengapa ya mulia ingin membunuh ayah ya mulia sendiri?
Anusapati            : Sudahlah, laksanakan saja!!
Ki Pengalasan    : Baik ya mulia.
                Ki Pengalasan pun membunuh Ken Arok. Setelah Ken Arok meninggal Anusapati naik tahta menjadi raja di kerajaan Singosari, menggantikan Ken Arok. Namun Tohjaya, saudara tiri Anusapati yakni anak Ken Arok dengan Ken Umang tidak terima atas hal tersebut. Akhirnya Tohjaya membunuh Anusapati untuk menduduki tahta sebagai raja kerajaan Singosari. Namun tak berapa lama Tohjaya digulingkan pula oleh Ronggowuni. Setelah Ronggowuni meninggal, tahta kerajaan diberikan kepada Kertanegara. Ialah raja Singosari yang paling terkenal. Suatu hari dalam rapat rutin pimpinan kerajaan...
Kertanegara       : Aku ingin kita melakukan usaha perluasan daerah. Ku perintahkan kau, Mahessa Anabrang untuk memimpin ekspedisi ini. Ku namai ekspedisi ini dengan ekspedisi Pamalayu. Kita harus bisa menggulingkan kekuasaan Sriwijaya yang sekarang ini tengah mendominasi. Kita juga harus mencegah masuknya pengaruh Cina. Bagaimana menurut kalian?
Peserta Rapat    : Setuju ya mulia.
                Akhirnya berangkatlah Mahessa Anabrang menjalankan ekspedisi Pamalayu yang diamanatkan kepadanya. Ternyata kaisar Cina mengirimkan seorang utusannya bernama Men-ki untuk melakukan perjanjian damai dengan Kertanegara. Namun Kertanegara malah berbuat kasar kepadanya. Hal tersebut menimbulkan permusuhan yang semakin mendalam antara kaisar Cina dengan raja Kertanegara.
                Selain itu, diam – diam penguasa daerah Kediri, Jayakatwang merencana upaya penyerangan terhadap Singosari setelah mengatahui kelengahan pasukan Singosari di ibu kota karena pasukan Singosari banyak yang dikirim untuk ekspedisi Pamalayu. Penyerangan pun dilaksanakan. Untuk menghadapinya Kertanegara mengutus Raden Wijaya dan Pangeran Ardaraja untuk memimpin pasukan pertahanan. Namun tiba – tiba pangeran Ardaraja yang merupakan menantu dari kertanegara, namun juga anak dari Jayakatwang, balik membela pasukan Jayakatwang. Akhirnya kerajaan Singosari dapat diruntuhkan dan raja Kertanegara meninggal dalam tragedi tersebut. Dengan meninggalnya raja Kertanegara, tamatlah riwayat kerajaan Singosari. Dari cerita tersebut, dapat kita tarik sebuah pelajaran berharga, begitulah kawan jika kita termasuk ke dalam orang – orang yang gila jabatan, kita akan saling tusuk – menusuk demi mendapatkan apa yang kita inginkan bahkan pun jika itu harus melukai orang terdekat kita sendiri.

7 komentar: