Maaf ya sebelumya kawan - kawan, seharusnya memang materi ini disebarkan dalam bentuk print out. Namun karena uang dari bendahara belum turun dan saya lagi boke' jadi nggak bisa nalangi dulu, jadi untuk menghindari insiden di semeter 1 dulu terulang, mungkain lebih baik saya post di blog dulu. Sekali lagi maaf yaaa...
Frasa
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non-predikatif
maksudnya di antara kedua kata itu tidak ada yang berkedudukan
sebagai predikat dan hanya memiliki satu makna gramatikal.
Contoh:
Nenekku
Dipohon
Frasa memiliki
beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu :
- Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.
- Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
- Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
- Bersifat Non-predikatif.
Jenis-jenis Frasa
Frasa
berdasarkan jenis/kelas kata
- Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah
kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata
benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :
- Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal : rumah mungil, hari senin, buku dua buah, bulan pertama, dll.
- Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal : hak dan kewajiban, sandang pangan, sayur mayur, lahir bathin, dll.
- Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal
apositif :
a). Jakarta, Ibukota
Negara Indonesia,
sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis
tanaman perdu,
sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak lama.
c). Banjarmasin,Kota
Seribu Sungai,
memiliki banyak sajian kuliner yang enak.njadi tempat
- Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah
kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata ini
terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
- Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Ia bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi. Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada tahun mendatang.
- Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
- Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
- Frasa Ajektifa
Frasa ajektifa ialah
kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai inti
(diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi
menerangkan, seperti : agak,
dapat,
harus,
lebih,
paling
dan 'sangat.
Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis, yaitu :
- Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal : cantik sekali, indah nian, hebat benar, dll.
- Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap kekar, aman tentram, makmur dan sejahtera, dll
- Frasa Adjektifa Apositif, misal :
a). Srikandi cantik,
ayu
menawan,
diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong,
tempat
tinggalku dulu,
kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa Apositif
bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi
cantik
dan Desa
Jorong
merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu
menawan,
dan tempat
tinggalku dulu,
merupakan keterangan tambahan.
- Frasa Adverbial
Frasa Adverbial
ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa
ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal : sangat
baik
kata baik
merupakan inti dan kata sangat
merupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah
agak
besar,
kurang
pandai,
hampir
baik,
begitu
kuat,
pandai
sekali,
lebih
kuat,
dengan
bangga,
dengan
gelisah.
Frasa Adverbial yang bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan),
contoh frasanya ialah lebih
kurang
kata lebih
tidak menerangkan kurang
dan kurang
tidak menerangkan lebih.
- Frasa Pronominal
Frasa Pronominal
ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3
jenis yaitu :
- Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua.
- Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
- Apositif, misal :
a). Kami,
putra-putri
Indonesia,
menyatakan perang melawan narkotika.
- Frasa Numeralia
Frasa Numeralia
ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini
terdiri atas :
- Modifikatif, contoh : a). Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban. b). Kami membeli setengah lusin buku tulis.
- Koordinatif, contoh : a). Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan. b). Dua atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.
- Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada kata tanya. contoh : a). Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat. b). Jawaban dari mengapa atau bagaimana merupakan pertanda dari jawaban predikat.
- Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak saling menerangkan. contoh : a). Saya tinggal di sana atau di sini sama saja. b). Kami pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.
- Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh : a). Petualangan kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu bulan. b). Perpustakaan ini dari, oleh, dan untuk masyarakat umum.
Frasa
berdasarkan fungsi unsur pembentuknya
Berdasarkan fungsi
dari unsur pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam, yaitu :
- Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda hitam (DM), dua orang (MD).
Ada beberapa jenis
frasa endosentris, yaitu :
- Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola DM atau MD. contoh : Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).
- Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan). contoh : Farah si penari ular sangat cantik., kata Farah posisinya sebagai diterangkan (D), sedangkan si penari ular sebagai menerangkan (M).
- Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti (setara). contoh : ayah ibu, warta berita, dll.
- Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata tugas. contoh : dari Bandung, kepada teman, di kelurahan, dll.
Frasa
Berdasarkan satuan makna yang dikandung/dimiliki unsur-unsur
pembentuknya
Untuk kategori frasa
berdasarkan satuan makna yang dikandung atau yang dimiliki
unsur-unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu :
- Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya (denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu milik ayah.
- Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru kembali dari Jakarta.
Frase lazim
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang
membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat -
objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu
fungsi sintaksis di dalam kalimat.
A. Jenis Frase
1. Frase Eksosentrik
Frase
eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai
perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Frase
eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif
atau disebut frase preposisional ( komponen pertamanya berupa
preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa
kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non
direktif (komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang
sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata
berkategori nomina, ajektifa, atau verba).
2. Frase Endosentrik
Frase
Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya
memiliki perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya.
Artinya, salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan
keseluruhannya. Frase ini disebut juga frase modifikatif karena
komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris
head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu.
Selain itu disebut juga frase subordinatif karena salah satu
komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen
atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi,
berlaku sebagai komponen bawahan.
Dilihat
dari kategori intinya dibedakan adanya frase nominal (frase
endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina maka frase ini
dapat menggantikan kedudukan kata nominal sebagai pengisi salah satu
fungsi sintaksis), frase verbal (frase endosentrik yang intinya
berupa kata verba, maka dapat menggantikan kedudukan kata verbal
dalam sintaksis), frase ajektifa (frase edosentrik yang intinya
berupa kata ajektiv), frase numeralia (frase endosentrik yang intinya
berupa kata numeral).
3. Frase Koordinatif
Frase
koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua
komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial
dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Frase koordinatif tidak
menggunakan konjungsi secara eksplisit disebut frase parataksis.
4. Frase
Apositif
Frase apositif
adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk
sesamanya, oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
B. Perluasan Frase
Salah
satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya, frase dapat diberi
tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan
ditampilkan.
Dalam
bahasa Indonesia perluasan frase tampak sangat produktif. Antara lain
karena pertama, untuk menyatakan konsep-konsep khusus, atau sangat
khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara
leksikal. Faktor kedua, bahwa pengungkapan konsep kala, modalitas,
aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas tidak dinyatakan dengan
afiks seperti dalam bahasa-bahasa fleksi, melainkan dinyatakan dengan
unsur leksikal. Dan faktor lainnya adalah keperluan untuk memberi
deskripsi secara terperinci dalam suatu konsep, terutama untuk konsep
nomina
Pengertian
Frasa
- "Frasa" itu adalah judul dari artikel kita kali ini.
Apakah teman teman tahu apa arti ( definisi ) frasa itu? apa
konstruksi, kategori, kelas, macam dari frasa itu? Apakah teman teman
tahu? semua itu akan kamu bahas dalam artikel dibawah ini. Pastikan
teman teman benar benar membaca arikel " Frasa "ini
^_^.
Prakata Menuju Pengertian ( definisi ) Frasa
Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.
Definisi frasa
Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.
Contoh frasa:
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!
Prakata Menuju Pengertian ( definisi ) Frasa
Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.).
Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.
Definisi frasa
Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.
Contoh frasa:
Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.
Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas!
Dua
orang mahasiswa sedang membaca di perpustakaan.
S P Ket. tempat
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
A. Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut!
- Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti sehingga mempunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa :
1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif
Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu dan jendelanya sedang dicat.2. Frasa Endosentrik yang Atributif
Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.3. Frasa Endosentrik yang Apositif
Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh:
Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.
C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.1. Frasa Benda atau Frasa Nomina
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata
benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun
termasuk frasa benda atau frasa nomina.2. Frasa Kerja atau Frasa Verba
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.D. Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat
S P Ket. tempat
Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa yaitu dua orang mahasiswa, sedang membaca, dan di perpustakaan.
Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut.
1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.
A. Kategori Frasa
1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh:
Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minumminum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata dan atau atau di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh:
Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa nanti malam terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik
Perhatikan kata-kata bercetak miring berikut!
1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.
2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.
Kalimat 1) dan 2) menggunakan frasa yang sama yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat 1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa , sedangkan dalam kalimat 2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam .
Makna kambing hitam pada kalimat 1) tidak ada kaitannya dengan makna kata kambing dan kata hitam. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.
B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.
Perhatikan kalimat berikut!
- Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.
Kalimat di atas terdiri atas frasa kedua saudagar itu, telah mengadakan, dan jual beli. Menurut distribusinya, frasa kedua saudagar itu dan telah mengadakan merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa jual beli merupakan frasa eksosentrik.
Frasa kedua saudagar itu dapat diwakili kata saudagar. Kata saudagar adalah inti frasa bertingkat kedua saudagar itu. Demikian juga frasa telah mengadakan dapat diwakili kata mengadakan. Akan tetapi, frasa jual beli tidak dapat diwakili baik oleh kata jual maupun kata beli. Hal ini disebabkan frasa jual beli tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata jual dan kata beli. Kedua kata tersebut merupakan inti sehingga mempunyai kedudukan yang sama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa kedua saudagar itu berdistribusi sama dengan frasa saudagar itu dan kata saudagar. Frasa telah mengadakan berdistribusi sama dengan mengadakan. Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa jual beli termasuk frasa eksosentrik karena baik kata jual maupun kata beli tidak dapat menggantikan jual beli.Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa :
1. Frasa Endosentrik yang Koordinatif
Frasa ini dihubungkan dengan kata dan dan atau.
Contoh:
Pintu dan jendelanya sedang dicat.2. Frasa Endosentrik yang Atributif
Frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh:
Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.3. Frasa Endosentrik yang Apositif
Secara semantik unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif mempunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh:
Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.
C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.1. Frasa Benda atau Frasa Nomina
Frasa benda atau frasa nomina adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda yaitu kata
benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh karena itu, frasa hadiah ulang tahun
termasuk frasa benda atau frasa nomina.2. Frasa Kerja atau Frasa Verba
Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh:
Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva
Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu – bagus-bagus.4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia
Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.
a. Frasa keterangan sebagai keterangan.
Frasa keterangan biasanya mempunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.
Contoh:
1) Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2) Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3) Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh:
Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia
Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia
dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.
Contoh:
Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional
Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.
Contoh:
Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.D. Frasa yang Bersifat Ambigu
Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh:
Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat
FRASA
1.
Pebgertian
Frasa
Banyak sering
memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan
ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah
dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis
yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Frasa adalah
satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan
sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222).
Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri
atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau
jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut
asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek,
pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Contoh:
1.
gedung
sekolah itu
2.
yang
akan pergi
3.
sedang
membaca
4.
sakitnya
bukan main
5.
besok
lusa
6.
di
depan.
Jika contoh itu
ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.
1.
Gedung
sekolah itu(S) luas(P).
2.
Dia(S)
yang akan pergi(P) besok(Ket).
3.
Bapak(S)
sedang
membaca(P)
koran
sore(O).
4.
Pukulan
Budi(S) sakitnya bukan main(P).
5.
Besok
lusa(Ket) aku(S) kembali(P).
6.
Bu
guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).
Jadi, walau terdiri
dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat
lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang
merupakan pemadu kalimat.
Contoh:
1.
Mereka(S)
sering
terlambat(P).
2.
Mereka(S)
terlambat(P).
Ket:
( _ ) frasa.
Pada kalimat pertama
kata ‘mereka’ yang terdiri dari satu kata adalah frasa. Sedangkan
pada kedua kata berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk
frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata ‘sering
sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa
karena hanya terdiri dari satu kata pada tiap jabatannya.
Dari kedua pendapat
tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari satu
kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau
jabatannya yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun
keterangan. Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat
bergantung pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat itu juga.
Sebelum mengenal
lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal
tentang fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang
disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S),
Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari
kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang
tidak mempunyai lawan.
1.
Subjek
dan Predikat.
1.
Bagian
yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa
atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah
bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan
dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa,
di mana, dan lain-lain’.
Contoh:
Sedang
belajar(P) mereka itu(S).
Fungsi
tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang
belajar? Jawabannya ‘mereka itu’.
2.
Berupa
frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa
berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
3.
Jika
diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel
–kah. Predikat dapat diberi partikel –kal.
Contoh:
Merka
itu(S) sedang belajar(P).
Sedang
belajarkah mereka itu?
Merekakah
sedang belajar? (salah)
2.
Objek
dan Pelengkap.
1.
Objek
berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap
berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan
pengganti nomina.
2.
Objek
mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau
semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba
intransitif(tidak memerlukan objek).
3.
Objek
dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi
subjek.
Contoh:
1.
Transitif(memerlukan
objek)
1.
Orang
itu(S) menjual(P). (Salah)
2.
Orang
itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)
2.
Semi-transitif
(bisa atau tidak perlu objek)
1.
Orang
itu(S) minum(P).
2.
Orang
itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).
3.
Es
kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).
3.
Intransitif(tidak
memerlukan objek).
1.
Tidak
lengkap. Orang itu(S) mandi(P).
2.
Semi-lengkap.
1.
Orang
itu(S) berjualan(P).
2.
Orang
itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).
3.
Lengkap.
1.
Organisasi
itu(S) berlandaskan(P). (salah)
2.
Organisasi
itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).
3.
Keterangan.
1.
Keterangan
adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau
pelengkap.
2.
Berupa
frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
3.
Mudah
dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau
predikat dan pelengkap.
Contoh:
Dulu(Ket)
orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).
2.
Jenis
Frasa
Jenis frasa dibagi
menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya
(pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur
pusatnya.
1.
Berdasarkan
Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan
persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi
dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
1.
Frasa
Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat
digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa
itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata
lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah
mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat
tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena
kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah
mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa
endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
1.
Frasa
Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya
adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara
unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
1.
rumah
pekarangan
2.
suami
istri dua tiga (hari)
3.
ayah
ibu
4.
pembinaan
dan pembangunan
5.
pembangunan
dan pembaharuan
6.
belajar
atau bekerja.
2.
Frasa
Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping
mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut.
Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan
unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
1.
pembangunan
lima tahun
2.
sekolah
Inpres
3.
buku
baru
4.
orang
itu
5.
malam
ini
7.
sedang
belajar
8.
sangat
bahagia.
Kata-kata
yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur
pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah
atributnya.
3.
Frasa
Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya
adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang
satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak
Sastro, sedang belajar.
Ahmad, …….sedang
belajar.
……….anak Pak
Sastro sedang belajar.
Unsur
‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak
Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:
1.
Yogya,
kota pelajar
2.
Indonesia,
tanah airku
3.
Bapak
SBY, Presiden RI
4.
Mamad,
temanku.
Frasa
yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm
frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar
pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu
dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa
endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris
atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi
frasa endosentris koordinatif
2.
Frasa
Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi
dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa
eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah
mahasiswa di
teras.
2.
Berdasarkan
Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan kategori
kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
1.
Frasa
nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina.
UP frasa nomina itu berupa:
1.
nomina
sebenarnya
contoh:
pasir
ini digunakan
utnuk mengaspal jalan
2.
pronomina
contoh:
dia
itu musuh
saya
3.
nama
contoh:
Dian
itu
manis
4.
kata-kata
selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia
rajin
→ rajin
itu menguntungkan
anaknya
dua
ekor
→ dua
itu sedikit
dia
berlari
→ berlari
itu
menyehatkan
kata
rajin
pada
kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua
ekor
awalnya frasa numeralia, dan kata berlari
yang awalnya adalah frasa verba.
2.
Frasa
Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba.
Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks
verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata
‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba
keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan
biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia
berlari.
Secara
morfologis, kata berlari
terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’
yang menunjukkan verba aktif.
3.
Frasa
Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori
ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling
agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi
predikat.
Contoh:
Rumahnya
besar.
Ada
pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata
tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa.
Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar
pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan
(memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau
‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
4.
Frasa
Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori
numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan
atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi)
kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua
buah
tiga
ekor
lima
biji
duapuluh
lima orang.
5.
Frasa
Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan
sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa)
sebagai petanda.
Contoh:
Penanda
(preposisi)
+ Petanda
(kata atau kelompok kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
6.
Frasa
Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung
sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda
klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu
mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda
(konjungsi)
+ Petanda
(klausa, mempunyai P)
Sejak
kemarin dia terus
diam(P)
di situ.
Dalam
buku Ilmu
Bahasa Insonesia, Sintaksis,
ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena
keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
Pengertian
Klausa
Klausa
adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di
bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnyaterdiri
atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat
(Kiridalaksana, 1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak
berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir
atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat.
Dalam
konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai dengan
O, Pel, dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa
adalah S dan P. tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan.
Misalnya dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural)
dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan 1987:89). Misalnya
:
(1)
Bersama
dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh.
Kalimat
(1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a) bersama
dengan istrinya, klausa
(b) Bapak
Soleh datang,
dan klausa (c) membawa
oleh-oleh.
Klausa (a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel, klausa (b) terdiri atas
S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O. Akibat penggabungan
ketiga klausa tersebut, S pada klausa (a) dan (c) dilesapkan.
2.
Ciri-ciri
Klausa
Adapun
ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut: (1) dalam klausa
terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang; (2) klausa
dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final; (3)
dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat; (4)
klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang
belum terdapat dalam klausa tersebut; selain dengan penambahan
konstituen atribut pada salah satu atau setiap fungsi sintaktis yang
ada.
3.
Jenis-jenis
Klausa
Klausa
dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu (1) kelengkapan
unsur internalnya: klausa lengkap dan klausa tak lengkap, (2)
ada–tidaknya kata yang menegatifkan P: klausa negative dan klausa
positif, (3) kategori primer predikatnya: klausa verbal dan klausa
nonverbal, (4) dan kemungkinan kemandiriannya untuk menjadi sebuah
kalimat: klausa mandiri, klausa tergabung.
a.
Klausa
Lengkap dan Klausa Tak Lengkap
Berdasarkan
kelengkapan unsur internalnya, klausa dibedakan menjadi dua yaitu,
klausa lengkap dan klausa tak lengkap. Klausa lengkap ialah klausa
yang memiliki unsur internal lengkap, yaitu S dan P. Klausa lengkap
ini berdasarkan struktur internalnya, dibedakan lagi menjadi dua
yaitu klausa
susun biasa dan
klausa
lengkap susun balik.
Klausa
lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang S-nya terletak di depan
P. adapun klausa lengkap susun balik atau klausa
lengkap inversi ialah
klausa lengkap yang S-nya berada di belakang P, misalnya :
(2)
Tulisan
Hendi sangat berbobot.
Klausa
(2) disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya yaitu tulisan
Hendi berada
di depan P, sangat
berbobot.
Klausa
tak lenngkap atau dalam istilah Verhaar (1999:279) klausa
buntung merupakan
klausa yang unsure internalnya tidak lengkap karena di dalamnya tidak
terdapat unsur S dan hanya terdapat unsur P, baik disertai maupun
tidak disertai unsur P, Pel, dan Ket. Misalnya :
(3)
terpaksa
berhenti bekerja di perusahaan itu
Klausa
(3) bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di sebelah kirinya
ditambah S, misalnya ditambah frasa istri
saya sehingga
menjadi (3) Istri
saya terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu.
b.
Klausa
Negatif dan Klausa Positif
Berdasarkan
ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu klausa negatif dan klausa positif. Klausa negatif
ialah klausa yang di dalamnya terdapat kata negative, yang
menegasikan P.menurut Ramlan (1987: 137), yang termasuk kata negatif,
yang menegasikan P ialah tidak,
tak, tiada, bukan, dan
belum. Berikut ini adalah contoh klausa negative :
(4)
Deni
tidak mengurus kenaikan pangkatnya.
Klausa
(4) merupakan klausa negatif karena terdapat kata tidak
yang menegasikan mengurus.
c.
KLausa
Verbal dan Klausa Nonverbal
Berdasarkan
kategori primer kata atau frasa yang menduduki fungsi P pada
konstruksinya, klausa dibedakan atas klausa verbal dan klausa
nonverbal. Klausa verbal ialah klausa yang P-nya terdiri atas kata
atau frasa golongan V. dilihat dari golongan verbanya klausa verbal
dibagi lagi menjadi klausa verbal intransitif dan klausa verbal
transitif. Klausa verbal transitif ialah klausa yang mengandung verba
transitif, dan klausa verbal intransitif ialah klausa yang mengandung
verba intransitif.
Contoh
klausa verbal intransitif ialah sebagai berikut :
(5)
Taufik
Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang.
(6)
Pengidap
AIDS bertambah.
Klausa
verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan P-nya dapat
dibedakan menjadi (1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3) klausa
reflektif, dan (4) klausa resiprokal (Ramlan, 1987: 145-149). Klausa
aktif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif aktif. Klausa
pasif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif pasif. Klausa
reflektif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif reflektif,
yaitu verba yang menyatakan “perbuatan’ yang mengenai ‘pelaku’
perbuatan itu sendiri. Pada umumnya verba itu berprefiks meng-
yang
diikuti kata diri.
Adapun
klausa resiprokal adalah klausa yang P-nya berupa verba transitif
resiprokal, yaitu verba yang menyatakan kesalingan.
Klausa
nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain verba. Klausa
nonverbal masih bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa nominal, (2)
klausa adjektival, (3) klausa preposisional, (4) klausa numeral, dan
(5) klausa adverbial. Contoh:
(7)
Yang
kita bela kebenaran
(8)
Budi
pekertinya mulia
(9)
Aku
bagai
nelayan
yang kehilangan arah
(10)
Yang
dikorupsi 300
juta rupiah
(11)
Kedatangannya
kemarin
sore
d.
Klausa
Mandiri dan Klausa Tergabung
Klausa
mandiri merupakan klausa yang kehadirannya dapat berdiri sendiri.
Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya :
(12)
Merokok
dapat menyebabkan kanker
Klausa
tergabung
a)
Klausa
Mandiri
Klausa
mandiri atau klausa bebas merupakan klausa yan kehadirannya dapat
berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi untuk menjadi kalimat
tunggal. Misalnya:
Merokok dapat
menyebabkan kanker
Nirina sedang
belajar
b)
Klausa
Tergabung
Klausa
tergabung atau klausa terikat adalah klausa yang kehadirannya untuk
menjadi sebuah kalimat plural tergabung dengan klausa lainnya. Dalam
kalimat plural, klausa tergabung dapat berupa klausa koordinatif,
atau klausa subordinatif. Contoh:
(1)
Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan
gangguan kehamilan dan janin.
(2a)
Nirina sedang belajar ketika terjadi gempa itu.
(2b)
Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat
menghadiri rapat.
Jika
dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan konstruksi (2). Dalam
konatruksi (1) terdapat klausa-klausa tergabung secara koordinatif,
sedangkan dalam konstruksi (2) terdapat klausa-klausa tergabung
secara subordinatif.
Klausa
Koordinatif
Klausa
koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural atau majemuk setara.
Dalam kalimat plural atau majemuk setara, semua klausanya berupa
klausa koordinatif. Klausa tersebut dinamakan klausa koordinatif
karena secara gramatik dihubungka secara koordinatif oleh
penghubung-penghubung koordinatif dan,
atau, tetapi, lagi pula, lalu, namun, sebaliknya, malahan, dan
lain-lain.
Klausa
koordinatif terdiri atas (1) koordinasi netral, (2) koordinasi
kontrastif, (3) koordinasi alternatif, (4) koordinasi konsekutif,
yang berturut-turut dapat dilihat dalam contoh-contoh kalimat
berikut.
(1)
Saya menulis artikel itu, menyunting, dan
mengirimkannya ke media massa
(2)
Mencari ilmu itu sulit, tetapi
mengamalkannyajauh lebih sulit
(3)
Saudara mau bekerja atau
melanjutkan studi ke jenjang S-2?
(3)
Harga sepeda motor itu relative mahal, jadi
perlu diangsur.
Klausa
Subordinatif
Klausa
subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat plural bertingkat. Jadi,
dalam kalimat plural bertingkat selain terdapat klausa atasan yang
biasa dikenal dengan klausa
induk, Klausa inti, atau
klausa matriks terdapat
pula klausa bawahan atau klausa sematan atau klausa subordinatif.
Klausa bawahan dapat dibedakan lagi menjadi klausa berbatasan dan
klausa terkandung.
Klausa
berbatasan, merupakan
klausa bawahan yang tidak wajib hadir dalam kalimat plural. Klausa
berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu klausa-klausa
berbatasan:
(1)
final, contoh
Irfan
rajin mengaji agar
tidak menyesal dalam kehidupan setelah mati.
(2)
kausal, contoh
Rombogan
Suciwati merasa kecewa karena
tidak diperkenankan menjenguk Presiden Soeharto
(3)
kondisional, contoh
Jika
diundang,
ia mau datang.
(4)
konsekutif, contoh
Pendapatannya
kecil, sehingga
sampai sekarang belum mampu membeli mobil.
(5)
konsesif, contoh
Orang
itu tetap rendah hati meskipun
telah menyandang banyak prestasi.
(6)
temporal, contoh
Rui
Costa, playmaker
asal
Portugal datang ke La Viola setelah
tiga musim memperkuat Benfica.
Dalam
contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai dengan konjungsi
subordinatif seperti agar,
karena, jika, sehingga, meskipun, dan
setelah-lah
yang berturut-turut dinamakan sebagai klausa berbatasan.
Klausa
terkandung, merupakan
klausa bawahan yang kehadirannya bersifat wajib. Berdasarkan
fungsinya dalam kalimat plural bertingkat, klausa terkandung dapat
dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau klausa modifikasi dan
klausa pemerlengkap.
Klausa pewatas
Klausa
pewatas atau klausa pewatasan ialah klausa subordinatif yang
kehadirannya berfungsi mewatasi atau mempertegas makna kata atau
frasa yang diikutinya. Contohnya ialah beberapa klausa dari sejumlah
klausa dalam kalimat plural berikut:
Sifat-sifat yang
baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar
dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar.
Rombongan Suciwati
tidak diperkenankan menjenguk mantan presiden Soeharto yang sedang
berbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan.
Klausa Pemerlengkap
Klausa
pemerlengkap atau klausa pemerlengkapan merupakan klausa yang
berfungsi melengkapi (atau menerangkan spesifikasi hubungan yang
terkandung dalam) verba matriks. Klausa pemerlengkap dibedakan lagi
menjadi: (1) klausa pemerlengkap preposisional, (2) klausa
pemerlengkap eventif, (3) klausa pemerlengkap perbuatan.
Klausa
pemerlengkap dikatakan bersifat preposisional karena klausa tersebut
biasanya berpenanda kata bahwa
yang
menyatakan suatu proposisi. Contoh:
Dokter berkata, “ASI
sangat baik untuk anak.”
Dokter
berkata bahwa
ASI
sangat baik untuk anak.
Berita bahwa
mahasiswa Unnes
juara I dalam LKTIM bidang sosial, tingkat wilayah B, pada tanggal
22-23 Mei 2006 menjadi
sorotan media kampus.
Klausa
eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa dan klausa yang
menyatakan proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai dengan kata
peristiwa dan proses pada kalimat-kalimat berikut.
Peristiwa Joko
mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko) dari pekerjannya
sudah terduga sebelumnya.
Proses orang
menyusun sebuah artikel (Proses penyusunan sebuah artikel) hanya
diketahui oleh para penulis.
Adapun
klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi klausa perbuatan yang
dilakukan, klausa perbuatan yang tidak dilakukan, dan klausa
perbuatan yang mungkin dilakukan.
Klausa
perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh verba melihat,
menyaksikan, mengetahui, berhasil, berhenti, dan
mulai.
Misalnya:
Saya melihat
(perbuatan) Zahra mendorong Ela
Zahra
mendorong Ela
Prof. Dr. Fathur
Rokhman mulai meneliti masalah itu pada tahun yang lalu
Prof.
Dr. Fathur Rokhman meneliti masalah itu
Klausa
perbuatan yang tidak dilakukan dapat ditandai oleh verba mencegah,
menolak, gagal, dan
lupa.
Misalnya:
Ayah mencegah
kami
membawa uang saku ke sekolah
Kami
tidak membawa uang saku ke sekolah
Imron gagal
mengikuti
lomba
Imron
tidak mengikuti lomba
Adapun
klausa perbuatan yang mungkin dilakukan dapat ditandai oleh verba
bermaksud,
berniat, bertekad, merencanakan, menganjurkan, dan
menyarankan.
Misalnya:
Farah bermaksud
memohon izin untuk tidak datang ke kampus
Farah
memohon izin; Farah tidak memohon izin
Samdum mengajak
Dian
pergi ke Mal Ciputra
Dian
pergi ke Mal Ciputra; Dian tidak pergi ke Mal Ciputra
SUMBER:
Baehaqie,
Imam. 2008. Sintaksis
Teori dan Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Verhaar. 2006.
Asas-asas
Linguistik Umum.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar